Tampilkan postingan dengan label Love. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Love. Tampilkan semua postingan

Hal yang Gak Boleh Dilakukan Agar Hubungan Cinta Makin Awet

Pecinta, pastinya kita pengen banget hubungan dengan sang pacar awet, tapi kalo ada gangguan pastinya akan runyam. Bukan cuma orang ketiga atau rasa jenuh yang bisa bikin hubungan cinta putus begitu aja. Ada beberapa sikap yang biasa kamu tunjukan pada doi justru bisa membuat pria berubah pikiran. Ingin kisah kasih kamu dan doi terus terasa manis tiap harinya? Hilangkan empat kebiasaan yang dikutip Cosmopolitan berikut agar hubungan cinta terus awet.

1. Berbicara Tentang Mantan Pada Saat Istimewa
Saat kamu berkencan dengan pacar, dan pergi makan di tempat yang baru. Jangan sampe kamu mengatakan padanya kalau resto tempat kencan kali ini adalah rekomendasi dari mantan kamu. Jangan heran kalo selera makan doi hilang dan parahnya minta pulang cepat. Meskipun kamu merasa itu hal sepele, namun itu artinya kurang menghargai pacar kamu sekarang. Itu juga ngasih sinyal ke pacar kalo kamu belum sepenuhnya move on. Jangan sampe doi merasa dijadikan pelarian oleh kamu.

2. Membocorkan Rahasia Pacar
Wanita memang senang jika berbagi semua hal pada sahabatnya, namun kamu juga harus memilih cerita apa yang boleh disebarkan. Jangan sampe kelemahan dirinya tersebar, dan kabar itu datang dari mulut kamu sendiri. Pria perlu merasa nyaman untuk bisa mempercayakan keluh kesahnya pada kamu. Bayangkan betapa kecewanya doi jika tahu kamu lah yang menyebarkan berita tentang dirinya.

3. Selalu Mengkritik
Kritik memang tak ada salahnya untuk memperbaiki diri jadi pribadi yang lebih baik. Namun jika terus-terusan dikritik, justru bisa membuat orang rendah diri dan merasa gak dihargai. Untuk itu, ingatlah untuk selalu mengucapkan terima kasih atas segala usahanya meskipun kecil. Dibanding selalu mengkritik penampilan atau cara ia bertindak, kamu justru terkesan gak bisa menerima doi apa adanya.

4. Selalu Minta Maaf
Mungkin kamu emang orang yang terlalu sopan. Tapi, sepertinya kamu gak perlu berlebihan minta maaf saat terjadi konflik kecil antara kamu dan doi. Bukannya memaafkan, doi justru bisa ilfill.

Kira-kira Kapan Saatnya Menyerah Ketika PDKT?

Pecinta, Kenapa saat ini kamu masih jomblo? Mungkin karena proses PDKT kamu kurang efektif. Cara meningkatkan efektivitas PDKT, salah satunya adalah dengan mengetahui kapan sebaiknya kamu menyerah dan ganti target. Nah, kapan kamu harus menyerah?

1. Doi Gak Pernah Mehubungi Kamu Duluan

Udah setengah tahun digebet tapi gak pernah bbm/sms/telfon duluan? Kayaknya perlu di akhiri aja proses PDKT kamu ke doi. Kalo kata bule, it takes two to tango. Kalo kamu ‘kerja sendiri’ dalam proses PDKT, maka kemungkinan kamu akan berujung pacaran sangat kecil.

Kalo doi gak mehubungi kamu duluan, itu merupakan sebuah statement bahwa kamu gak penting bagi doi. Doi gak peduli kamu lagi di mana, ngapain, sehat apa gak. Gak peduli.

2. Besar Pasak Daripada Tiang

Nah ini penting, jangan sampe baru PDKT aja kamu udah rugi. Keluar uang bukan cuma berarti beliin barang-barang atau traktir makan doang lho. Ongkos jalan, pulsa, dan lain lain itu juga harus dihitung!

Kalo kamu udah ngeluarin banyak duit tapi acara PDKT kamu gak kunjung berakhir di ranjang, mungkin sudah waktunya kamu berhenti deketin doi dan mencari gebetan yang baru.

3. Dilarang Orang Tua
Kita sebagai anak tentunya harus hormat dan patuh terhadap orang tua kita. Kalo orang tua kamu bilang gak boleh, meu gak mau kita harus nurut. Misalnya semenjak PDKT, orang tua kamu sering bilang: “nak, gebetan kamu itu kok kayaknya gak baik ya? Mama dan papa gak suka ah kalau kamu bergaul sama orang yang gak baik” Lebih baik segera sudahi saja.

Kalau kamu cowok, mungkin orang tua kamu lebih nyantai. Tapi jangan senang dulu. Orang tua gebetan kamu belum tentu suka sama kamu. Tanda-tanda kalo orang tua gebetan kamu gak suka sama kamu itu banyak banget. Bisa jadi kamu kalodatang ke rumah doi dijutekin mulu sama orang tuanya, atau gebetan kamu dilarang pergi berdua sama kamu, atau sedikit lebih frontal, orang tua gebetan kamu bilang: “Dik, kamu itu sebenernya anak yang baik. Tapi lebih baik lagi kalo gak usah deketin anak saya lagi”. Itu sih pasti udahan aja PDKT-nya.

4. Gebetan Kamu Mendadak Jadi Selebriti
Ini yang namanya apes pecinta. Lagi asik-asik PDKT, tiba-tiba gebetan kamu mendadak jadi bintang sinetron atau apalah itu. Kalo kamu kepikiran: “asiiik, calon pacar aku selebriti..”, siap-siap aja kamu sakit hati.

Namanya juga seleb, pacarannya ya sama seleb juga. Bukan sama manusia biasa seperti kamu. Lupakan dia saja lah.

Jika dari awal aku tak mengenalmu

Akhirnya, aku sampai di tahap ini. Posisi yang sebenarnya tak pernah kubayangkan. Aku terhempas begitu jauh dan jatuh terlalu dalam. Kukira langkahku sudah benar. Kupikir anggapanku adalah segalanya. Aku salah, menyerah adalah jawaban yang kupilih; meskipun sebenarnya aku masih ingin memperjuangkan kamu.

Aku terpaksa berhenti karena tugasku untuk mencintaimu kini telah menjadi tugas barunya. Hari-hariku yang tiba-tiba kosong dan berbeda ternyata cukup membawa rasa tertekan. Mungkin, ini berlebihan. Tentu saja kaupikir ini sangat berlebihan karena kamu tak ada dalam posisiku, kamu tak merasakan sesaknya jadi aku.

Jika aku punya kemampuan membaca matamu dan mengerti isi otakmu, mungkin aku tak akan mempertahankan kamu sejauh ini. Jika aku cukup cerdas menilai bahwa perhatianmu bukanlah hal yang terlalu spesial, mungkin sudah dari dulu kita tak saling kenal. Aku terburu-buru mengartikan segala perhatian dan ucapanmu adalah wujud terselubung dari cinta. Bukankah ketika jatuh cinta, setiap orang selalu menganggap segala hal yang biasa terasa begitu spesial dan manis? Aku pernah merasakan fase itu. Aku juga manusia biasa. Kuharap kamu memahami dan menyadari. Aku berhak merasa bahagia karena membaca pesan singkatmu disela-sela dingin malamku. Aku boleh tersenyum karena detak jantungku tak beraturan ketika kamu memberi sedikit kecupan meskipun hanya berbentuk tulisan.

Aku mencintaimu. Sungguh. Mengetahui kautak memilihku adalah hal paling sulit yang bisa kumengerti. Aku masih belum mengerti. Mengapa semua berakhir sesakit ini? Aku sudah berusaha semampuku, menjunjung tinggi kamu sebisaku, tapi di mana perasaanmu? Tatapanmu dingin, sikapmu dingin, dan aku dilarang menuntut ini itu. Aku hanya temanmu. Hanya temanmu. Temanmu!

Jika kauingin tahu, aku kesesakan dalam status yang menyedihkan itu. Aku terkatung-katung sendirian. Meminum asam dan garam, membiarkan kamu meneguk hal-hal manis. Begitu banyak yang kulakukan, mengapa matamu masih belum terbuka dan hatimu masih tertutup ragu?

Sejak dulu, harusnya tak perlu kuperhatikan kamu sedetail itu. Sejak pertama bertemu, harusnya tak perlu kucari kontakmu dan kuhubungi kamu dengan begitu lugu. Sejak tahu kehadiranmu, harusnya aku tak menggubris. Aku terlalu penasaran, terlalu mengikuti rasa keingintahuanku. Jika dari awal aku tak mengenalmu, mungkin aku tak akan tahu rasanya meluruhkan air mata di pipi.

Iya. Aku bodoh. Puas?

Semua berlalu dan semua cerita harus punya akhir. Ini bukan akhir yang kupilih. Seandainya aku bisa memilih cerita akhir, aku hanya ingin mendekapmu, sehingga kautahu; di sini aku selalu bergetar ketika mendoakanmu.

Copy from: Dwitasarii

Mengejar Bayangmu

Kamu adalah pengajar dalam ruang kelas bernama cinta, pada putaran waktu aku bahagia di pertemukan tuhan denganmu. Sapaanmu dalam hari-hariku selalu membuat aku sibuk memikirkan hal yang tak dapat aku sentuh. Kamu mengajarkan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku ketahui atau bahkan asing dalam kehidupanku. kamu memberikan sumber kebahagiaan yang rasanya takkan habis di telan waktu.

Aku adalah seseorang yang baru saja mengenal cinta darimu, aku tak bisa menahan diri untuk berkata bohong jika aku tak mengagumimu, meskipun relung hati bersikeras agar aku tidak jujur. Terkadang, aku sedih dan sepi sendiri saat aku mencoba melawan ke khawatiranku atas rasa ini. Aku takut seiring berjalannya waktu kamu juga akan menghilang terbawa bersamanya. Terkadang kamu melihatku sebagaimana kamu mencoba merasukiku dengan bunga-bunga cinta, apa aku berlebih jika berkata demikian? Sedangkan senyumanmu telah menjelaskan bahwasanya kamu juga mempunyai rasa. Tolong jangan membuat aku kaku dengan perasaan ini. Pedulikah kamu sebagaimana mestinya? Kalau terpaksa lebih baik tidak usah sama sekali.

Aku harus bisa bertahan untuk diriku sendiri, agar kebahagiaan palsu ini tidak akan membiarkan kesedihan meracuni hatiku menjadi kelabu. Salahkah aku jika setiap hari kebiasaanku adalah menulis namamu dihatiku, maaf jika aku sering bohong, aku sering tertawa lepas saat kita bersama, namun sesungguhnya hati menjerit inginkan lepas dari jeratan kebersamaan tanpa kejelasan status yang kita jalani. Mengetahui kenyataan yang mencekam seperti ini aku jadi malas tersenyum dan berbicara banyak tentang perasaanku kepada orang lain. Karena terkadang mereka hanya bisa mengetahui tanpa bisa merasakan apa yang sesungguhnya terjadi. Apa aku harus teriak untuk berkata bahwa aku sayang kamu? Supaya kamu mendengar?

Semua tertahan dalam hati, terjerembab dalam harap, dan terkurung dalam penantian. aku tahu kau tak punya hati, tapi entah mengapa kau yang selalu kunanti. Biarlah ini berproses dalam waktu, mungkin tiada berujung. Bagimu mungkin ini hanya ketertarikan sesaat karena ia terlahir begitu cepat, aku berusaha memahami, mempercayai bahwa perhatianku untukmu, candaku bersamamu dan caraku kepadamu adalah pengungkapan nyata yang lebih dari dasar pertemanan, meskipun aku tak berhak mengharap lebih karena engkau selalu memandang itu semua hanya hiasan.

Salahku memang jika mengartikan itu semua sebagai tindakan awal dari cinta, tapi bisakah kau peka bahwa ada seseorang yang sedang menunggu uluran tanganmu disini.

Kamu selalu menjadi sebab dari lengkungan senyumku juga lukisan tawaku di setiap hari, aku percaya kamu tak mungkin menggoreskan kesedihan dalam hati dan kamu tidak akan menjadi sebab dari butiran air mata ini. Aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberikan sinar yang paling terang. Aku sangat mempercayaimu, sangat! Dan, itulah kebodohan yang harusku sesali.

Masih adakah yang harus aku paksakan jika bagimu aku tak pernah menjadi tujuan? Aku terlalu terbuai dengan segala perhatian baikmu, atau mungkin itu juga bentuk perasaan yang tak sempat kau ungkapkan kepadaku aah aku terlalu mengada-ada dan menghayal bisa memanggilmu dengan panggilan yang berbeda. Percuma bertahan jika kenyataanya kau memilih untuk pergi. Satu hal yang pasti, aku tak pernah menyesal dari apa yang aku lakukan untukmu, karena aku berjuang dengan tulus.

Rasa Yang Terpendam

Setelah yang kita lewati bersama, yakinkah ada syurga di ujung jalan sana? Stelah beberapa tikungan yang kita lalui, akankah kita tak akan bertemu tikungan yang lebih tajam? Tak ada yang pasti. Kita hanya tahu melangkah, terus melangkah. Menikmati yang ada di kanan-kiri, mempelajari yang ada didepan kita, dan menerima yang harus kita pasrahkan.

Terkadang aku bosan dengan ketidakpastian ini, menyeretku kedalamnya waktu yang harus dilalui. Aku disini tak pernah alpa merindukanmu, namun hanya bisa mengais-ngais bayanganmu yang selalu hadir dalam fikiranku,mengumpulkannya dalam wujud tak nyata, sakit, kamu tak pernah tahu apa yang selalu ada dihatiku, karena cinta adalah perasaan. Namun kamu tak pernah bertanya tentang perasaan ini, kamu memilih diam dengan ribuan Tanya. Ini hanya satu dari jutaan hal yang selalu menggoda aku tentangmu.

Aku tahu, aku sadar, disetiap malam pada saat rembulan berada di tengah selalu kuisi dengan ingatan lalu dan khayalan, juga beberapa baris doa. Saat rindu ini datang menusuk dan menghancurkan rasa, apa yang bisa aku lakukan untuk meraih masa depanku bersamamu? Aku hanya menenangkan diri, mencoba memahami bahwa engkau yang jauh disana tak akan datang memberikan sandaran hangat pundakmu atas kegelisahanku atau sekedar megisi ruang kosong jemariku dengan jemarimu.

Kita terus berjuang dan melewati cerita yang telah di gariskanNYA kepada kita. Cinta ini bisu, cinta ini buta, ketika jauh dan yang terasa hanya sebait kata “kita”. Lalu, apakah kau disana merasakan hal yang sama?

Kekhawatiranku, yang tak pernah kuceritakan padamu, tentu tak pernah kau fikirkan. Apakah Doaku yang kusebutkan tentu tak seperti doa yang kamu ucapkan. Jalan yang sedang kita tempuh curam, kita butuh lebih dari sekedar berpegangan, kita butuh keyakinan bukan keraguan. tolong hentikan ketidakpekaanmu. Kemana larinya kamu ketika aku berjuang untuk satu-satunya makhluk yang kupikir bisa memberiku kebahagiaan nyata. Seringkali kumaklumi kesalahanmu, dan selalu kuberikan senyum terbaik ketika sesungguhnya aku ingin menangis karena ulahmu. Aku sadar bahwa ego akan selalu menang ketika melawan cinta.

Tuhan, aku hanya ingin melukis keindahan dengannya, memberikan sentuhan kehangatan saat salah satu diantara kami terluka. Tuhanku yang maha mencintai, aku tak meminta banyak, aku hanya berharap ridhamu. Agar tali cinta ini mengikat kuat meskipun banyak godaan dan cobaan.

Akankah kita selalu bergandengan saat berjalan? Apakah tawa kita masih terngiang bersama saat kita berbagi cerita?

Kata-kata cinta galau

Mereka yang mengenggam pasti selalu takut kehilangan, karena mendapatkan itu tidak mudah.

Aku takut membiarkan dia memilih yang terbaik, karena dia belum tentu memilih aku, yang bukan siapa-siapa.

Apalah artinya jarak ? Jika kita masih saling berpeluk dalam doa.

Sepasang hati yang terlibat sepi, sepotong pertemuan yang tak kunjung tercipta hanya karena terpisah jarak .

Inilah jarak yang kita punya. Namun, aku dan kamu masih setia bernapas di dalamnya.

Karena aku berbeda dari mereka-mereka yang sempat dekat denganmu, yang dengan gampangnya bilang kangen dan sayang.

Bagiku... cukup melihatmu bahagia. Jika kau membalas perhatianku, itu bonus dari Tuhan.

Udah tahu aku cuma mengharapkan dia dan berharap dia juga punya perasaan yang sama. Eh, masih kamu rebut juga. :')

Udah tahu aku cuma sayang sama dia, dan udah menganggap dia lebih dari teman. Eh, masih kamu rebut juga. :')

Udah tahu dia spesial banget di hatiku, dan udah aku anggap seseorang yang penting. Eh, kamu rebut juga. :'D

Tak ada kata percuma saat kau mendoakan seseorang walau dia gak tahu. Tuhan selalu punya jawaban yang indah kok :)

by : @dwitasaridwita

JODOH BUKANLAH terlambat datang

Jodoh BUKANLAH terlambat, tapi BELUM tiba saat-NYA saat yang TEPAT untuk kita.

Karena jodoh itu
Sudah ditetapkan,
Sudah di tentukan,
Sudah di gariskan,
Sudah di taqdirkan,
Oleh-NYA dan tetap menjadi RAHASIA-NYA juga,, agar kita terus berikhtiar,, dan meminta kepada-Nya.

Andai kita telah dibertahu-Nya siapa jodoh kita, pasti kita tak usah bersusah payah mencari dan menemukannya.

Dan jodoh itu bukan hanya untukku, untukmu atau untuk mereka,,, tapi untuk semua hamba-Nya. Karena untuk itulah kita di ciptakan berpasang-pasan gan, agar dengannya yg nanti menjadi JODOH kita, kita merasa nyaman dalam melabuhkan fitrah kasih sayang, cinta dan nafsu yang ada dlm diri kita,, di jalan yg di halalkan-Nya. Yakni dlam PERNIKAHAN.

Jika saat ini kamu masih sendiri, itu bukan berarti jodohmu terlambat datang, Tapi waktu-Nya saja yg belum tiba buatmu menemukan dirinya pasangan tulang rusukmu. Usah risau dengan sendirimu,, usah bertanya-tanya yang hanya membuatmu kian gundah dan gelisah,,,

Tapi sebaiknya,, cobalah terus per BAIKI diri, bergaul dengan orang2 BAIK dan Sholeh, jangan lupa JAGA prasangka dan niatmu untuk menemukan nya, karena dari sanalah,,, sesungguhnya akan mendekatkan dirimu pd apa yang kamu cari, kamu inginkan dan kamu harapkan..

Insya ALLAH, jika telah SIAP dirimu, maka ALLAH akan menyegerakan semua pintamu,, sesuai dengan kadar KESIAPAN mu. Dan ALLAH selalu LEBIH TAHU itu,,,

''Ya Ilahi Rabbi, Engkaulah pengenggam hati dan jiwa kami, dan Engkau jugalah yang dapat membolak-balikk an hati dan kehidupan kami. Dan jodoh itu telah menjadi ketetapan-Mu atas kehidupan kami, maka biarlah itu yang terbaik disisi-Mu, agar ia dapat menjadi penyempurna hidup kami, dalam beribadah kepada-Mu. Aamiin,,,

Setelah Kepergianmu

Ku selalu mengingatmu, meski ku tahu itu menyakitkan..

Ku buka handphone ku, tak ada lagi kamu yang selalu memenuhi inbox-ku, tak ada lagi ucapan selamat pagi dan selamat tidur untukku. Tak ada lagi canda tawamu yang selalu mengiriku dalam kebahagiaan, tak ada lagi leluconmu yang membuatku tartawa. Tak ada lagi tatapan yang membuat jantungku berdebar dan menyejukkan hati. Tak ada lagi genggaman tanganmu yang selalu membuatku kuat akan setiap masalah yang menghampiriku. Tak ada lagi pelukanmu yang membuatku tentram dan merasa aman dekat denganmu. Kini, sekarang ada sesuatu yang hilang, tak sama seperti dulu.

Aku berharap hari-hariku bisa berjalan dengan mulus seperti biasanya., walau tak ada kamu disampingku. Kini, aku mencoba menjalani semua aktivitasku seperti biasa. Dan aku bisa menjalani itu semua walau hatiku terasa kosong, hampa tanpa ada dirimu yang menemaniku setiap harinya. Tapi, aku harus tetap tegar dengan semua ini. Setelah kepergianmu, aku menyadari betapa aku mencintaimu. Setelah kepergianmu, kamu merampas semua cinta dan kebahagiaan yang kupunya, melarikan ke tempat asing yang justru tak tahu dimana keberadaannya. Siksaanmu begitu besar untukku, dan aku terlalu lemah untuk mendapatkan cobaan ini, aku begitu lemah untuk mendapatkan goresan luka di benakku yang semakin hari semakin bertambah.


Entah mengapa jika aku mengingatmu hatiku sesak, beribu-ribu penyesalan selalu menghampiriku. Apakah kamu terluka karena ku?

Aku menangis sejadi-jadinya di dalam heningnya malam, atas dasar bahwa aku memang benar mencintaimu. Aku merasa kehilangan sosok pahlawanku. Kamu tak pernah tahu bahwa aku di sini menangis melihatmu bersamanya, aku cemburu..

Aku marah pada diriku sendiri, mengapa aku sulit untuk melupakanmu? Sedangkan kamu disana dengan mudahnya melupakanku.Tuhan..sungguh ini tak adil bagiku. Ingin rasanya aku hilang ingatan, agar aku tak mengenalimu dan kenangan dulu bisa terhapus di dalam memori otakku. Itulah jalan satu-satunya untuk saat ini. Hari berganti hari, aku terus menjalani hidupku tanpa dirimu. Dan aku merasa semakin hari aku selalu menyesali kesalahanku padamu. Apakah kamu disana sudah mendapatkan pengganti diriku? Aku harap kamu masih mengharapkanku, karena ku disini selalu mengharapkan kehadiranmu dihidupku lagi. Apakah kamu disana selalu memikirkanku?seperti aku yang selalu memikirkanmu. Aku hanya ingin tahu isi hatimu saat ini. Apa kamu tak pernah berpikir tentang isi hatiku saat ini? yang semakin hari semakin mendung karena tak ada lagi yang menyinari hatiku.

Di dalam mimpiku kamu selalu ada untukku, dan kamu milikku. Tapi ternyata, di dalam kehidupan nyata, kau hanyalah mimpi untukku dan aku sulit menggapaimu kembali. Tak ada hal yang mampu ku perjuangkan selain membiarkanmu pergi dan merelakanmu untuk orang lain yang pantas menapatkanmu. Aku berusaha menikmati kesedihanku, kesakitanku hingga ku terbiasa akan semua hal itu. Aku selalu meneteskan air mata untukmu, padahal setiap butiran air mata yang jatuh itu semakin aku merindukanmu dan sulit untuk melupakanmu. Kini aku merasa jatuh cinta padamu yang bukan milikku lagi.

Tapi aku punya Tuhan, punya keluarga dan sahabat, yang selalu ada untukku. Aku percaya Tuhan..Tuhan pasti sedang menguji kesabaranku saat ini, dan pasti ada jalan keluar di balik ini semua. Mungkin di mataku kamu yang terbaik untukku, tapi belum tentu kata Tuhan kamu yang terbaik untukku. Aku percaya dan yakin bahwa skenario Tuhan adalah yang paling indah.

Musim Hujan


Kita  harus mengungkapkan syukur atas hujan yang telah diberikan Tuhan, karena ketika hujan turun akan banyak mamfaat yang datang. Seandainya tumbuhan mampu berbicara mungkin akan banyak nyanyian riang terdengar mengalahkan merdunya suara hujan turun, dan seandainya kodok mampu menari mungkin akan terlihat lekuk indah seperti penari balet. Bagiku hujan memang ajaib, karena bisa mengubah hal bisu menjadi sesuatu yang menggembirakan.
 
Aku masih disini tepat didekat pintu rumah dan dibalik jendela kaca ini aku menikmati pemandangan jatuhnya ribuan percikan air yang datang dari langit, bagiku ini suatu keindahan karena sudah lama aku tidak sempat menikmati hal seperti ini. Mungkin dengan merengkuhmu aku bias bahagia seperti anak kecil yang berlari-lari mengejar jatuhnya hujan.

Ternyata hujan tidak selalu melukis hal positif, semakin lama iya ada maka semakin dalam pula ia menoreh gelisah dihati ini. Kamu aku juga mereka dan kita pasti merasakan resah memikirkan hal yang sama ketika jarak tak dapat di pungkiri menjadi alasan kuat menjadi penghalang dalam sebuah hubungan. Akan ada kesal menyelimuti, rasanya ingin mencambuk  itu sehingga kata ‘jarak’ musnah. Bagaimana mungkin aku tenang disini sementara kamu disana membutuhkan aku untuk memayungimu dari jahatnya gangguan hujan. Sayang, seandainya neraka hanya diciptakan untuk orang yang berbohong aku mungkin sudah mengantongi satu tiket kesana, karena aku sudah membohongi diriku sendiri juga dirimu atas sifat acuhku kepadamu yang pada kenyataannya ketidak mampuanku menjaga cinta ini.

Seseorang yang mencintai dengan tulus selalu berharap menjadi orang pertama namanya dipanggil dikala kekasihnya membutuhkan sesuatu, maka anggaplah aku ada agar engkau merasa nyaman dan merasakan ada cinta yang hidup di antara hembusan nafasmu. Dalam keadaan seperti ini saat hujan terlalu asik dengan permainannya yang tak sadar dia telah memainkan perasaan ini, aku hanya takut satu hal, ketika aku tidak mampu melindungimu akan ada orang lain yang akan melindungimu, Karena cinta bukan hanya ungkapan perasaan, karena cinta bukan hanya luapan ketertarikan, terlebih cinta itu ikatan yang akan saling melengkapi. Saat inilah saat dimana engkau mengharap ruang kosong di jarimu dapat terisi olehku, saat engkau mengharap pundakku untuk melegakan gelisahmu, namun sayangnya aku tak teraba juga tak terasa olehmu.

Jangan pernah berfikir bahwa aku baik-baik saja disini, aku lebih baik basah kuyup kedinginan juga menggigil daripada ditusuk-tusuk perasaan gelisah belum lagi dihantui oleh bayangan kamu dalam sosok membutuhkanku, sungguh ini semua membuat aku tak berdaya sebisa mungkin aku menahan rintihan sakit, sebisa mungkin aku menahan air mata pemohonan ampun atas jahatnya aku membiarkanmu sendiri disana. Jika kenyataannya aku mampu bertahan itu karena doa-doa yang takpernah berhenti kupanjatkan kepada tuhan agar Dia selalu menjagamu.

Dalam jarak sejauh ini. Tanganku memang tak mampu menggenggam erat tanganmu. Ketika gelisah tak henti-hentinya membelenggu aku memohon segala kebaikan untukmu kepada yang Mahakuasa, melalui butiran doa ini juga semoga engkau mengerti. Setidaknya masih ada salah satu hal penting yang mampu aku lakukan untukmu meskipun aku tahu kamu berharap lebih.

Dengan cinta juga sayang
endang love you 4ever

Ada Kamu Dalam Cintaku

Hai kamu yang pernah mengisi hati ini dengan kelembutan, dengan sentuhan kecil yang mampu membuat aku terlena tanpa sadar dan tanpa aku mengetahui bahwa kamu telah menghipnotisku. Aku masih hafal dengan semua gerakan manjamu seakan-akan kamu ingin agar aku membisikan kata cinta secara perlahan ke hatimu lewat buaian suaraku, meskipun kamu dan aku mengetahui bahwa kita sudah dan sedang bercinta, tapi lantunan kata cinta akan lebih memberi makna pada setiap pertemuan. Saat jemarimu mengisi celah-celah kosong pada jemariku, disaat itulah aku mengerti kenapa manusia diciptakan, untuk apa cinta dilahirkan, iya, saling mengisi juga melengkapi.

Rasanya jarak ini nyata telah menjadi musuh dalam selimut cinta, dia menelusup membuat luka sedikit demi sedikit, lalu dia ciptakan rindu. Entah dengan apa aku ternyata mampu menahan gelombang itu, hanya satu yang membuat semua orang yakin bahwa cinta akan membuat segala hal yang tak mungkin menjadi mungkin, bahwa cinta akan menjadikan segala derita menjadi bahagia.

Hai kamu yang selalu hadir di setiap khayalan indahku, aku ingin kamu merasakan hal yang sama saat tersiksanya batin ini dikala kamu datang dalam wujud tak nyata menghampiri tanpa permisi, dengan arogan memaksa aku untuk menyerah agar kamu yang dalam bentuk khayalan itu bisa merasuki fikiranku lalu tertawa akan kemenangan, sementara aku? aku menahan perih. Lalu siapa yang harus di salahkan? tidak mungkin aku menghakimimu akan hal yang tidak pernah engkau lakukan, engkau tidak pernah memaksa aku untuk memikirkanmu kan? dan itulah nyatanya kamu yang memang selalu mengganggu aku tanpa kamu mengetahuinya

Semua rasa yang terlahir dari kisah tak akan pernah hilang selama masih ada ikatan. Waktu adalah jalan yang harus dilalui, seberapa besar cinta yang meliputi dan yang membelenggu akan menentukan waktu itu sendiri. Kita bisa mengartikan kalau cinta adalah kebahagian, karena kita telah merasa ada seseorang yang telah mengisi waktu-waktu kita dengan rasa, baik itu sayang, rindu, maupun hanya sekedar berhayal tentang cinta yang ada. Aku yang selalu berharap padamu tak pernah merasa ini adalah siksa meskipun terkadang cinta lebih banyak melahirkan makna antagonis.

Menjelaskan Kesepian

Waktu merangkak dengan cepat, merangkak yang kita kira lambat ternyata bergerak seakan tanpa jerat. Semua telah berubah, begitu juga kamu, begitu juga aku, begitu juga kita. Bahkan waktu telah menghapus KITA yang pernah merasa tak berbeda, waktu telah memutarbalikkan segalanya yang sempat indah. Tak ada yang tahu, kapan perpisahan menjadi penyebab kegelisahan. Aku menjalani, kamu meyakini, namun pada akhirnya waktu juga yang akan menentukan akhir cerita ini. Kamu tak punya hak untuk menebak, begitu juga aku.


Kaubilang, tak ada yang terlalu berbeda, tak ada yang terasa begitu menyakitkan. Tapi, siapa yang tahu perasaan seseorang yang terdalam? Mulut bisa berkata, tapi hati sulit untuk berdusta. Kalau boleh aku jujur, semua terasa asing dan berbeda. Ketika hari-hari yang kulewati seperti tebakan yang jawabannya sudah kuketahui. Tak ada lagi kejutan, tak banyak hal-hal penuh misteri yang membuatku penasaran. Aku seperti bisa meramalkan semuanya, hari-hariku terasa hambar karena aku bisa membaca menit-menit di depan waktu yang sedang kujalani. Aku bisa dengan mudah mengerti peristiwa, tanpa pernah punya secuil rasa untuk menyelami sebab dan akibatnya. Aku paham dengan detik yang begitu mudah kuprediksi, semua terlalu mudah terbaca, tak ada yang menarik. Kepastian membuatku bungkam, sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari. Itulah sebabnya setelah tak ada lagi kamu di sini. Kosong.


Bagaimana aku bisa menjelaskan banyak hal yang mungkin saja tidak kamu rasakan? Aku berada di lorong-lorong gelap dan menunggu rengkuhan jemarimu mempertemukan aku pada cahaya terang. Namun, bahkan tanganmu saja enggan menyentuh setiap celah dalam jemariku, dan penyelamatan yang kurindukan hanyalah omong kosong yang memekakkan telinga. Harapanku terlalu jauh untuk mengubah semuanya seperti dulu, saat waktu yang kita jalani adalah kebahagiaan kita seutuhnya, saat masih ada kamu dalam barisan hariku.


Perpisahan seperti mendorongku pada realita yang selama ini kutakutkan. Kehilangan mempersatukan aku pada air mata yang seringkali jatuh tanpa sebab. Aku sulit memahami kenyataan bahwa kamu tak lagi ada dalam semestaku, aku semakin tak bisa menerima keadaan yang semakin menyudutkanku. Semua kenangan bergantian melewati otakku, bagai film yang tak pernah mau berhenti tayang. Dan, aku baru sadar, ternyata kita dulu begitu manis, begitu mengagumkan, begitu sulit untuk dilupakan.


Ada yang kurang. Ada yang tak lengkap. Aku terbiasa pada kehadiranmu, dan ketika menjalani setiap detik tanpamu, yang kurasa hanya bayang-bayang yang saling berkejaran, saling menebar rasa ketakutan. Ada rasa takut tanpa sebab yang memaksaku untuk terus memikirkan kamu. Ada kekuatan yang sulit kujelaskan
 yang membawa pikiranku selalu mengkhawatirkanmu. Salahkah jika aku masih inginkan penyatuaan?  Salahkah jika aku benci perpisahan?


Tak banyak yang ingin kujelaskan, saat kesepian menghadangku setiap malam. Biasanya, malam-malam begini ada suaramu, mengantarku sampai gerbang mimpi dan membiarkanku sendiri melewati setiap rahasia hati. Kali ini, aku sendiri, memikirkan kamu tanpa henti. Jika kita masih saling menghakimi dan saling menyalahi, apakah mungkin yang telah putus akan tersambung dengan pasti? Aku tak tahu dan tak mau memikirkan keadaan yang tak mungkin kembali. Semua sudah jelas, namun entah mengapa aku masih sulit memahami, kenapa harus kita yang alami ini? Tak adakah yang lain? Aku dan kamu bukan orang jahat, namun mengapa kita terus saja disakiti. Bukankah di luar sana masih banyak orang jahat?


Jangan tanyakan padaku, jika senyumku tak lagi sama seperti dulu. Jangan salahkah aku, jika pelangi dalam duniaku hanya tersedia warna hitam dan putih. Setelah kamu tinggalkan firdaus milik kita, semuanya jadi berbeda. Aku bahkan tak mengenal diriku sendiri, karena separuh yang ada dalam diriku sudah berada dalammu... yang pergi, dan entah kapan kembali.


Saya merindukanmu, juga kita yang dulu.

by: dwitasarii

Terlalu Berharap

Mungkin, aku terlalu berharap banyak Rasanya semua terjadi begitu cepat, kita berkenalan lalu tiba-tiba merasakan perasaan yang aneh. Setiap hari rasanya berbeda dan tak lagi sama. Kamu hadir membawa banyak perubahan dalam hari- hariku. Hitam dan putih menjadi lebih berwarna ketika sosokmu hadir mengisi ruang-ruang kosong di hatiku. Tak ada percakapan yang biasa, seakan-akan semua terasa begitu ajaib dan luar biasa. Entahlah, perasaan ini bertumbuh melebihi batas yang kutahu. Aku menjadi takut kehilangan kamu.

Siksaan datang bertubi-tubi ketika tubuhmu tidak berada di sampingku. Kamu seperti mengendalikan otak dan hatiku, ada sebab yang tak kumengerti sedikitpun. Aku sulit jauh darimu, aku membutuhkanmu seperti aku butuh udara. Napasku akan tercekat jika sosokmu hilang dari pandangan mata. Salahkah jika kamu selalu kunomorsatukan? Tapi... entah mengapa sikapmu tidak seperti sikapku. Perhatianmu tak sedalam perhatianku. Tatapan matamu tak setajam tatapan mataku.

Adakah kesalahan di antara aku dan kamu? Apakah kamu tak merasakan yang juga aku rasakan? Kamu mungkin belum terlalu paham dengan perasaanku, karena kamu memang tak pernah sibuk memikirkanku. Berdosakah jika aku seringkali menjatuhkan air mata untukmu? Aku selalu kehilangan kamu, dan kamu juga selalu pergi tanpa meminta izin. Meminta izin? Memangnya aku siapa? Kekasihmu? Bodoh! Tolol! Hadir dalam mimpimu pun aku sudah bersyukur, apalagi bisa jadi milikmu seutuhnya. Mungkinkah? Bisakah? Janjimu terlalu banyak, hingga aku lupa menghitung mana saja yang belum kamu tepati. Begitu sering kamu menyakiti, tapi kumaafkan lagi berkali-kali.

Lihatlah aku yang hanya bisa terdiam dan membisu. Pandanglah aku yang mencintaimu dengan tulus namun kau hempaskan dengan begitu bulus. Seberapa tidak pentingkah aku? Apakah aku hanyalah persimpangan jalan yang selalu kau abaikan – juga kau tinggalkan? Apakah aku tak berharga di matamu? Apakah aku hanyalah boneka yang selalu ikut aturanmu? Di mana letak hatimu?! Aku tak bosa bicara banyak, juga tak ingin mengutarakan semua yang terlanjur terjadi. Aku tak berhak berbicara tentang cinta, jika kau terus tulikan telinga. Aku tak mungkin bisa berkata rindu, jika berkali-kali kauciptakan jarak yang semakin jauh.

Aku tak bisa apa-apa selain memandangimu dan membawa namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan. Sadarkah jemarimu selalu lukai hatimu? Ingatkah perkataanmu selalu menghancurleburkan mimpi-mimpiku? Apakah aku tak pantas bahagia bersamamu? Terlau banyak pertanyaan. Aku muak sendiri. Aku mencintaimu yang belum tentu mencintaiku. Aku mengagumimu yang belum tentu paham dengan rasa kagumku. Aku bukan siapa-siapa di matamu, dan tak akan pernah menjadi siapa-siapa. Sebenarnya, aku juga ingin tahu, di manakah kau letakkan hatiku yang selama ini kuberikan padamu. Tapi, kamu pasti enggan menjawab dan tak mau tahu soal rasa penasaranku.

Siapakah seseorang yang telah beruntung karena memiliki hatimu? Mungkin... semua memang salahku. Yang menganggap semuanya berubah sesuai keinginanku. Yang bermimpi bisa menjadikanmu lebih dari teman. Salahkah jika perasaanku bertumbuh melebihi batas kewajaran? Aku mencintaimu tidak hanya sebagi teman, tapi juga sebagai seseorang yang bergitu bernilai dalam hidupku. Namun, semua jauh dari harapku selama ini. mungkin, memang aku yang terlalu berharap terlalu banyak. Akulah yang tak menyadari posisiku dan tak menyadari letakmu yang sengguh jauh dari genggaman tangan.

Akulah yang bodoh. Akulah yang bersalah Tenanglah, tak perlu memerhatikanku lagi. Aku terbiasa tersakiti kok, terutama jika sebabnya kamu. Tidak perlu basa-basi, aku bisa sendiri. Dan, kamu pasti tak sadar, aku berbohong jika aku bisa begitu mudah melupakanmu. Menjauhlah. Aku ingin dekat dekat dengan kesepian saja, di sana lukaku terobati, di sana tak kutemui orang sepertimu, yang berganti-ganti topeng dengan mudahnya, yang berkata sayang dengan gampangnya.

Jalan Ini

Aku masih merasakan hal yang sama, rasa kebahagiaan masih menggelora didalam sanubariku.

Kupandangi sinar-sinar gemerlapnya cahaya dari lampu jalanan yang seakan-akan ikut menari dan menyanyi dalam riangnya hati. Iya, begitu besar aura keceriaan saat aku akan menemuimu, bahagia ini melebihi manisnya madu melebihi indahnya panorama.

Terlintas dalam benakku agar hubungan kita seperti jalan ini yang tanpa putus, selalu menyambung dan terhubung antar blok. Pada lekuk bibir ini selalu terucap harapan yang besar agar yang Mahakuasa memberikan cinta kasih akan hubungan kita. Rasa letih menghujam erat diragaku melemahkan diriku, tapi teduhnya lukisan dirimu diotakku merobohkannya karena pada setiap langkah yang kulakukan adalah tujuan masa depanku.

Engkau selalu menjadi alasan kuat saat rindu ini datang tanpa sengaja, Engkau selalu jadi obat saat bius rindu itu merajai dan tak terkendali. Aku yakin, yang membawaku menuju padamu itu adalah jelmaan dari rindu yang sarat makna, makna cinta juga sayang. Kujaga raga ini disepanjang jalan ini, agar rindu berwujud ragaku bisa disentuh oleh rindumu juga.

Rasa tak sabar berjalan beriringan mengikutiku membisikkan kata halus namun sakit menuai rasa getir akan perjalanan ini. Selalu dan selalu ingin cepat sampai melepas lelah setelah jutaan khayal hadir tak pernah izin lepas dari memoriku. Aku yang tergesa-gesa mengejar dan ingin menangkap bayangan berwujud kamu.

Jalan ini akan jadi saksi bisu bahwa cinta pernah hadir, pernah singgah dan terasa dalam hidupku. Jalan ini akan jadi koleksi termahal melebihi penemuan para arkeolog, karena jalan ini mempersatukan dua insan yang dimabuk cinta.

Ini Tentang Kamu

Tak ada lagi kamu yang memenuhi kotak inbox di handphone-ku. Tak ada lagi sapamu sebelum tidur yang membuncah riuh di telingaku. Tak ada lagi genggaman tanganmu yang menguatkan setiap langkahku. Tak ada lagi pelukanmu yang meredam segala kecemasan. Tanpamu… semua berbeda dan tak lagi sama.

Aku membuka mata dan berharap hari-hariku berjalan seperti biasanya,walau tanpamu, walau tak ada kamu yang memenuhi hari-hariku. Seringkali aku terbiasa melirik ke layar handphone, namun tak ada lagi ucapan selamat pagi darimu dengan beberapa emote kiss yang memasok energiku. Pagi yang berbeda. Ada sesuatu yang hilang.

Lalu, aku menjalani semua aktivitasku, seperti biasa, kamu tentu tahuitu. Dulu, kamu memang selalu mengerti kegiatan dan rutinitasku. Namun, sekarang tak ada lagi kamu yang berperan aktif dalam siang dan malamku. Tak ada lagi pesan singkat yang mengingatkan untuk menjaga pola makan ataupun menjaga kesehatan. Bukan masalah besar memang, aku mandiri dan sangat tahu hal-hal yang harusnya aku lakukan. Tapi… entah mengapa aku seperti merasa kehilangan, tanpa pernah tahu apa yang telah hilang. Aku seperti mencari, tanpa tahu apa yang telah kutemukan.

Rasa ini begitu absurd dan sulit untuk dideskripsikan. Kamu membawa jiwaku melayang ke negeri antah-berantah, dan mengasingkan aku ke dunia yang bahkan tak kuketahui. Aku bercermin, memerhatikan setiap lekuk wajahku dan tubuhku. Aku tak mengenal sosok di dalam cermin itu. Tak ada aku dalam cermin yang kuperhatikan sejak tadi. Aku berbeda dan tidak lagi mengenal siapa diriku. Seseorang yang kukenal di dalam tubuhku kini menghilang secara magis setelah kepergian kamu. Kamu merampas habis cinta yang kupunya, melarikannya ke suatu tempat yang sulit kujangkau. Entah di mana aku bisa menemukan diriku yang telah hilang itu. Entah bagaimana caranya mengembalikan sosokyang kukenal itu ke dalam tubuhku. Aku kebingungan dan kehilangan arah.

Ingin rasanya aku melempari segala macam benda agar bisa memecahkancermin itu. Agar aku tak bisa lagi melihat diriku yang tak lagi kukenal. Agar aku tak perlu menyadari perubahan yang begitu besar terjadi setelah kehilangan kamu. Aku bisa berhenti memercayai cinta jika terlalu sering tenggelam dalam rasa frustasi seperti ini. Aku mungkin akan berhenti memercayai lawan jenis dan segala janji-janji tololnya. Siksaanmu terlalu besar untukku, aku terlalu lemah untuk merasakan semua rasa sakit yang telah kau sebabkan.
Bagaimana mungkin aku bisa menemukan yang lebih baik jika aku pernah memiliki yang terbaik? Bagaimana mungkin aku bisa menemukan seseorang yang lebih sempurna jika aku pernah memiliki yang paling sempurna?

Aku benci pada perpisahan. Entah mengapa dalam peristiwa itu harus ada yang terluka, sementara yang lainnya bisa saja bahagia ataupun tertawa. Kamu tertawa dan aku terluka. Kita seperti saling menyakiti, tanpa tahu apa yang patut dibenci. Kita seperti saling memendam dendam, tanpa tahu apa yang harus dipermasalahkan.

Aku menangis sejadi-jadinya, sedalam-dalamnya, atas dasar cinta. Kamu tertawa sekeras-kerasnya, sekencang-kencangnya, atas dasar… entah harus kusebut apa. Aku tak pernah mengerti jalan pikiranmu yang terlampau rumit itu. Aku merasa sangat kehilangan, sementara kamu dalam hitungan jam telah menemukan yang baru. Bagaimana mungkin aku harus menyebut semua adalah wujud kesetiaan? Begitu sulitnya aku melupakanmu, dan begitu mudahnya kamu melupakanku. Inikah caramu menyakiti seseorang yang tak pantas kau lukai?

Jam berganti hari, dan semua berputar… tetap berotasi. Aku jalani hidupku, tentu saja tanpa kamu. Kamu lanjutkan hidupmu, tentu saja dengan dia. Aku tak menyangka, begitu mudahnya kamu menemukan penganti. Begitu gampangnya kamu melupakan semua yang telah terjadi. Aku hanya ingin tahu isi otakmu saja, apa kamu tak pernah memikirkan mendung yang semakin menghitam di hatiku? Atau… mungkin saja kamu tak punya otak? Atau tak punya hati?

Tak banyak hal yang bisa kulakukan, selain mengikhlaskan. Tak ada hal yang mampu kuperjuangkan, selain membiarkanmu pergi dan tak berharap kamu menorehkan luka lagi. Aku hanya berusaha menikmati luka, hingga aku terbiasa dan akan menganggapnya tak ada. Kepergianmu yang tak beralasan, kehilangan yang begitu menyakitkan, telah menjadi candu yang kunikmati sakitnya.

Aku mulai suka air mata yang seringkali jatuh untukmu. Aku mulai menikmati saat-saat napasku sesak ketika mengingatmu. Aku mulai jatuh cinta pada rasa sakit yang kau ciptakan selama ini.

Terimakasih.

Dengan luka seperti ini.

Dengan rasa sakit sedalam ini.

Aku jadi tambah sering menulis.

Lebih banyak dari biasanya.

Aku semakin percaya, bahwa Kahlil Gibran butuh rasa sakit agar ia bisa menulis banyak hal.

Sama seperti aku, butuh rasa sakit agar bisa lancar menulis… terutama yang bercerita tentangmu.

Cinta tulus, Cinta sejati, Cinta sebenarnya.

Ada sebuah kisah tentang totalitas cinta yang dicontohkan Allah lewat kehidupan Rasul-Nya.
Pagi itu, meskipun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, "Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Sunnah dan Al-Qur`an. Barangsiapa mencintai Sunnahku, berarti mencintai aku. Dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan bersama sama masuk surga bersamaku."

Khotbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu per satu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca kaca, Umar dadanya naik-turun menahan napas dan tangisnya. Utsman menghela napas panjang dan Ali Menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," desah hati semua sahabat kala itu.

Manusia tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup, sedangkan di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya. Tiba-tiba, dari luar pintu terdengar ada yang berseru mengucapkan salam.

"Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tetapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk, "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya kepada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?"

"Tak tahulah aku Ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu- satu bagian wajahnya seolah hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut," kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri. Tetapi Rasulullah menanyakan mengapa Jibril tak ikut menyertai. Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut roh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti rohmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tak membuat Rasulullah lega, mata beliau masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini?" tanya Jibril lagi.

"Kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"

"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku, 'Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan roh Rasulullah ditarik. Tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang.

"Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini," lirih Rasulullah mengaduh.

Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.
"Jijikkah kau melihatku, hingga kaupalingkan wajahmu Jibril?" tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu.

"Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi, "Ya Allah, dahsyat niat maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan kepada umatku…."

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya.

"Uushiikum bis shalati, wa maa malakat ai manuku, peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu"
Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii?"  - "Umatku, umatku, umatku" Dan, pupuslah kembang hidup manusia mulia itu.

Kecintaan dan perhatian Rasulullah Saw kepada umatnya tak pernah lekang oleh waktu. Diriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw telah bersabda, “Aku adalah pemimpin anak Adam di hari Kiamat dan yang pertama kali keluar dari bumi. Aku adalah pemberi syafaat pertama dan yang pertama diterima syafaatnya.” (shahih Muslim, VII, hal.59)

Seperti dikisahkan dalam kitab Daqa’iq Al-Akhbar:
Ketika alam ini dalam keadaan sunyi karena semua makhluk Allah telah mati, maka Allah menghidupkan malaikat Jibril, Mikail, Israfil dan Izrail. Mereka lalu diperintahkan Allah untuk mencari kuburan Muhammad Saw. Setelah mereka menemukan makam beliau, maka malaikat Israil memanggilnya, “Wahai Muhammad, bangunlah untuk memutuskan hukum dan hisab serta untuk menghadap Zat Yang Maha Penyayang.”

Akhirnya pecahlah kubur tersebut, ketika itu, Rasulullah Saw duduk dalam kuburnya sedang membersihkan debu dari kepala dan jenggotnya. Lalu malaikat Jibril memberikan kepada beliau dua pakaian dan kendaraaan Buraq. Selanjutnya Rasulullah Saw bertanya kepada Jibril, “Wahai Jibril, hari apa ini?” Jibril menjawab, “Ini adalah hari kiamat, hari kerugian, hari penyesalan, hari Buraq, hari berpisah dan hari bertemu.”

Kemudian Rasulullah Saw berkata, “Wahai Jibril, gembirakanlah aku.” Jibril berkata, “Surga benar-benar telah dihias karena kedatanganmu, neraka telah ditutup.” Rasulullah Saw berkata kepada Jibril, “Aku tidak bertanya tentang hal tersebut tetapi aku meminta penjelasan kepadamu tentang umatku yang banyak berdosa, barangkali kamu meninggalkan mereka di Shirat (Jembatan penyebrangan yang ada diatas neraka).” Israfil menjawab, “Wahai Muhammad, demi kemuliaan Tuhanku, aku belum meniup Sangkakala untuk membangkitkan makhluk Allah sebelum kamu bangkit lebih dahulu.” Selanjutnya beliau berkata, “Sekarang hatiku bahagia dan menjadi segar mataku.” Kemudian Rasulullah Saw mengambil mahkota dan pakaian, setelah memakai mahkota dan pakaian beliau lalu naik Buraq.
Maha Suci Allah dan Rasul-Nya. Hal terakhir yang dipikirkannya sebelum Rasulullah meregangkan nyawa adalah umatnya, begitu juga ketika beliau Saw dibangunkan kembali pada hari perhitungan itu, hal pertama yang beliau pikirkan adalah umatnya. Betapa malunya hati ini yang telah begitu diperhatikan oleh Rasulullah, jungjungan kita, dari waktu ke waktu. Sedangkan umatnya seringkali lalai dan lupa hanya sekedar untuk bershalawat kepadanya diawal waktu kita memulai hari maupun diakhir hari kita.

Kini, mampukah kita mencinta sepertinya? Allahumma shali 'ala Muhammad wabaarikwasalim 'alaihi. Rindu ini begitu menggebu kepadamu yaa Rasulullah.. panggillah kami di hari perhitungan nanti sebagai umatmu yang diberi syafaat olehmu, Duhai Ra’ufun Rahim (yang penyantun dan penyayang)… Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan Rasul-Nya, seperti Allah dan Rasulnya mencinta kita karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka.

Dalam Jarak Sejauh Ini

Apa yang menyenangkan dalam jarak sejauh ini? Aku tak bisa menatapmu dan jemariku tak bisa menyentuh lekukan wajahmu. Apa yang bisa kita harapkan dari jarak ratusan kilometer yang memisahkan kita? Ketika rasa rindu menggebu, dan kutahu kautak ada di sisiku. Sejauh ini kita masih bertahan, entah mempertahankan apa. Karena yang kurasa sekarang, cintamu tak lagi nyata; selebihnya bayang-bayang.

Dalam jarak sejauh ini, mungkinkah kita masih saling mendoakan? Seperti saat kita dulu masih berdekatan. Aku tak lagi paham saat-saat dingin mencekam, kamu tak duduk di sampingku, juga tak mendekapmu dengan hangat. Aku tak lagi mengerti, saat air mataku terjatuh, hanya ada tanganku (bukan tanganku) yang menghapus basah di pipiku. Jelaskan padaku, apa yang selama ini membuatku masih ingin bertahan?

Aku hanya bisa menatap fotomu. Diam-diam merapal namamu dalam doa. Mendengar suaramu dari ujung telepon. Kulakukan semua seakan baik-baik saja, seakan aku tak terluka, seakan tak ada air mata; aku begitu meyakinkanmu, bahwa tak ada yang salah di antara kita. Dan, apakah di sana kau memang baik-baik saja? Apakah rindu yang kita simpan dalam-dalam akan menemukan titik temu?

by: Dwitasarii

Cinta diam-diam


Awalnya, matamu dan senyummu tak berarti
 apa-apa bagiku. Sapa lembutmu, tutur katamu, bukan menjadi alasan senyumku setiap harinya. Semua mengalir begitu saja, kita tertawa bersama, kita menghabiskan waktu bersama, tanpa tahu bahwa cinta diam-diam menyergap dan menyeringai santai dibalik punggungmu dan punggungku. Kita saling bercanda, menertawakan diri sendiri, tanpa tahu bahwa rasa itu menelusup tanpa ragu dan mulai mengisi labirin-labirin hatimu dan hatiku yang telah lama tak diisi oleh
 seseorang yang spesial.

 Tatapan matamu, mulai menjadi hal yang tak
 biasa dimataku. Caramu mengungkapkan pendapat, tak lagi menjadi hal yang kuhadapi
 dengan begitu santai. Renyah suara tawamu
 menghipnotis bibirku untuk melengkungkan
 senyum manis, menyambut lekuk bibirmu yang
 tersenyum saat menatapku. Aku tahu semua
 berubah menjadi begitu indah, sejak pembicaraan yang sederhana menjadi pembicaraan spesial yang begitu menyenangkan bagiku. Aku bertanya ragu, inikah kamu yang mampu membuatku
 melamun sepanjang waktu?

 Tanpa kusadari, namamu sering kuselipkan
 dalam baris-baris doa. Diam-diam aku senang
 menulis tentangmu, tersenyum tanpa sebab
 sambil terus menjentikkan jemariku. Tanpa
 kesengajaan, kau hadir dalam mimpiku, memelukku dengan erat dan hangat, sesuatu
 yang belum tentu kutemukan dalam dunia nyata saat aku terbangun nanti. Hari-hariku kini terisi oleh hadirmu, laju otakku kini tak mau berhenti memikirkanmu, aliran darahku menggelembungkan namamu dalam setiap
 tetes hemoglobinnya. Berlebihan kah? Ah, bukankah mahluk Tuhan selalu bertingkah berlebihan ketika sedang jatuh cinta?

 Saat menatap matamu, ada kata-kata yang sulit keluar dari bibirku. Saat mendengar sapa manjamu, tercipta rasa yang begitu lemah untukw kutunjukkan walaupun aku sedang berada bersamamu. Aku lumpuh dan bisu, saat menatap matamu apalagi mendengar suaramu. Aku membiarkan diriku jatuh dalam rindu yang mengekang dan membuatku sekarat. Aku membiarkan diriku tersiksa oleh angan yang kau ciptakan dalam magisnya kehadiranmu. Astaga Tuhan, ciptaanMu yang satu ini membuatku pusing tujuh keliling!

 Berani-beraninya kamu mengganggu pola makan dan jam tidur malamku. Setiap malam, ketika dingin menyergap tubuhku, aku malah membayangkanmu, bagaimana jika kamu
 memelukku? Bagaimana jika ini? Bagimana
 jika itu? Ah, selain indah ternyata kamu juga pandai menganggu pikiran seseorang, sehingga otakku hanya berisi kamu, kamu, dan kamu dalam berbagai bentuk!

 Sepertinya aku mencintaimu…

 Pada setiap percakapan kecil yang berubah menjadi perhatian sederhana yang kau perlihatkan padaku.

 Sepertinya aku mencintaimu…

 Dengan kebisuan yang kau sampaikan padaku.
 Kita hanya berbicara lewat tatapan mata, kita
 hanya saling mengungkapkan lewat sentuhan-sentuhan kecil.

 Sepertinya aku mencintaimu…

 Karena aku sering merindukanmu, karena aku
 bahkan tak tahu mengapa aku begitu menggilaimu

 Sepertinya aku mencintaimu…

 Kepada kamu, yang masih saja tak mengerti
 perasaanku.

Dalam kehidupan kita sehari-hari mulai dari kita kecil sampai saat ini kita akan selalu memerlukan motivasi dalam menjalankan kehidupan. M...

kamu pembaca ke: