Mengejar Bayangmu

Kamu adalah pengajar dalam ruang kelas bernama cinta, pada putaran waktu aku bahagia di pertemukan tuhan denganmu. Sapaanmu dalam hari-hariku selalu membuat aku sibuk memikirkan hal yang tak dapat aku sentuh. Kamu mengajarkan banyak hal yang sebelumnya tidak pernah aku ketahui atau bahkan asing dalam kehidupanku. kamu memberikan sumber kebahagiaan yang rasanya takkan habis di telan waktu.

Aku adalah seseorang yang baru saja mengenal cinta darimu, aku tak bisa menahan diri untuk berkata bohong jika aku tak mengagumimu, meskipun relung hati bersikeras agar aku tidak jujur. Terkadang, aku sedih dan sepi sendiri saat aku mencoba melawan ke khawatiranku atas rasa ini. Aku takut seiring berjalannya waktu kamu juga akan menghilang terbawa bersamanya. Terkadang kamu melihatku sebagaimana kamu mencoba merasukiku dengan bunga-bunga cinta, apa aku berlebih jika berkata demikian? Sedangkan senyumanmu telah menjelaskan bahwasanya kamu juga mempunyai rasa. Tolong jangan membuat aku kaku dengan perasaan ini. Pedulikah kamu sebagaimana mestinya? Kalau terpaksa lebih baik tidak usah sama sekali.

Aku harus bisa bertahan untuk diriku sendiri, agar kebahagiaan palsu ini tidak akan membiarkan kesedihan meracuni hatiku menjadi kelabu. Salahkah aku jika setiap hari kebiasaanku adalah menulis namamu dihatiku, maaf jika aku sering bohong, aku sering tertawa lepas saat kita bersama, namun sesungguhnya hati menjerit inginkan lepas dari jeratan kebersamaan tanpa kejelasan status yang kita jalani. Mengetahui kenyataan yang mencekam seperti ini aku jadi malas tersenyum dan berbicara banyak tentang perasaanku kepada orang lain. Karena terkadang mereka hanya bisa mengetahui tanpa bisa merasakan apa yang sesungguhnya terjadi. Apa aku harus teriak untuk berkata bahwa aku sayang kamu? Supaya kamu mendengar?

Semua tertahan dalam hati, terjerembab dalam harap, dan terkurung dalam penantian. aku tahu kau tak punya hati, tapi entah mengapa kau yang selalu kunanti. Biarlah ini berproses dalam waktu, mungkin tiada berujung. Bagimu mungkin ini hanya ketertarikan sesaat karena ia terlahir begitu cepat, aku berusaha memahami, mempercayai bahwa perhatianku untukmu, candaku bersamamu dan caraku kepadamu adalah pengungkapan nyata yang lebih dari dasar pertemanan, meskipun aku tak berhak mengharap lebih karena engkau selalu memandang itu semua hanya hiasan.

Salahku memang jika mengartikan itu semua sebagai tindakan awal dari cinta, tapi bisakah kau peka bahwa ada seseorang yang sedang menunggu uluran tanganmu disini.

Kamu selalu menjadi sebab dari lengkungan senyumku juga lukisan tawaku di setiap hari, aku percaya kamu tak mungkin menggoreskan kesedihan dalam hati dan kamu tidak akan menjadi sebab dari butiran air mata ini. Aku percaya kamulah kebahagiaan baru yang akan memberikan sinar yang paling terang. Aku sangat mempercayaimu, sangat! Dan, itulah kebodohan yang harusku sesali.

Masih adakah yang harus aku paksakan jika bagimu aku tak pernah menjadi tujuan? Aku terlalu terbuai dengan segala perhatian baikmu, atau mungkin itu juga bentuk perasaan yang tak sempat kau ungkapkan kepadaku aah aku terlalu mengada-ada dan menghayal bisa memanggilmu dengan panggilan yang berbeda. Percuma bertahan jika kenyataanya kau memilih untuk pergi. Satu hal yang pasti, aku tak pernah menyesal dari apa yang aku lakukan untukmu, karena aku berjuang dengan tulus.

Tidak ada komentar:

Dalam kehidupan kita sehari-hari mulai dari kita kecil sampai saat ini kita akan selalu memerlukan motivasi dalam menjalankan kehidupan. M...

kamu pembaca ke: