Bismillahirrahmanirrahiim ..
Setelah lama tidak menulis, Insya Allah kali ini saya mencoba menuangkan unek-unek yang ada di otak saya ke dalam tulisan lagi. Semoga dengan analisa yang masih dangkal ini bisa membuka pemahaman setidaknya bagi saya sendiri mengenai kesamaan between China and Indonesia. dan dapat disempurnakan di kemudian hari.
China yang memiliki kasus yang begitu cetar membahana yaitu South China Sea atau Laut Cina Selatan memang telah membuat situasi dunia internasional tegang. Berbagai solusi dikerahkan, diplomacy dengan berbagai teknik, re-negotiation sampai diprediksi kasus ini bisa berakhir hanya dengan War alias perang. Seru sih, tapi apa mau kinerja PBB disamakan kegagalan Liga Bangsa-Bangsa yang tidak bisa menciptakan peace situation of the world? 4 negara (Brunei Darussalam yang dikenal dengan julukan Petro Dollar, Malaysia tetangga kite, Filipina dan Vietnam) yang mengklaim Laut Cina Selatan sebagai wilayahnya mengerahkan segala upaya untuk mendapatkan laut idaman yang notabene-nya kaya akan fosil dan bahan bakar. Siapa yang ga mau coba? Well, let's move forward dari kasus ini, berdoa saja supaya tidak berakhir dengan peperangan (meski saya suka realisme). Israel-Palestina aja belon kelar, ini lagi satu ikut ikut :p
Sekarang pindah bahasan ke yang lebih merakyat lagi ni yang sedang terjadi di negara kita ternyata sama ama apa yang sedang terjadi di Cina. Kenapa kok saya begitu excited banget sama Cina? Ya, Alhamdulillah bulan lalu saya dapat anugerah bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) China pada saat launching antologi pertama saya di Masjid Agung Sunda Kelapa dan beliau sedang menempuh studi masternya dan mengambil konsentrasi Kebijakan Luar Negeri.
Masalah kesejahteraan petani lagi-lagi menjadi sorotan dan belum tertuntaskan hingga kini. Cina dirundung problem yang sama, masalah pengeluaran pemerintahnya yang membludak, macem ; kunjungan kerja ke luar negeri (Indonesia sempet dikritik sama mahasiswa nya di Jerman.. hehe ) persis sama ama kasus di negara kita. Land grabs by local governments, who purchase land from farmers for pennies and resell the land at a massive profit to developers, are a key facet of China’s income gap (www.thediplomat.com).
Nah, tidak meratanya pendapatan ini bikin para petani yang bisa jadi hanya menggantungkan hidupnya pada cangkul tidak bisa berbuat apa-apa. Ditambah lagi dengan faktor politik di negara tersebut, jika lahan-lahan pertanian itu dibabat abis buat keuntungan segelintir orang, petani mau makan apa? dzalim, man !
Nah, i have several advices concerning in this problem :
1. kalau mau ga ada gap income, please belanja pemerintahnya ngirit dikit
2. kasih jaminan kesejahteraan buat para petani (mereka produce beras yang bisa bikin kita ngejalanin aktifitas sehari hari, sis, bro !)
3. kasih sertifikasi lahan buat petani jadi petani berhak atas apa yang mau dia perbuat terhadap lahannya
4. Pemerintah coba belajar mengambil keputusan dari sudut pandang petani, jangan dzalim
5. Petani sejahtera, orang Indonesia perut kenyang, negara berkembang ! :)
Cheers,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar