"Apa?" ujar Ria terkejut. "Si Ari anak IPS 3 itu? yang dari kelas satu gak pernah ganti sepatu, yang datang selalu telat, dan yang... oooh Mira, jangan rusak harga dirimu sendiri!"
"Tapi gw bener-bener suka sama dia..." sahut Mira
"Kenapa gak sama Joni, Paung atau Njum aja sih? mereka keren, jago basket pula. Lha, si Ari? kamu tahu sendiri kan? Coba pikir deh Mir, kalau dia gak pernah ganti sepatu bukan gak mungkin celana dalamnya juga gak pernah di ganti."
"Habis gimana dong....?"
"Percaya deh kamu gak bakal cocok sama si.... siapa tadi namanya?"
"Ari"
"Ya, sama si seniman belom jadi itu. Kamukan ratu di sekolah ini, sementara si Ari, menurut gw jadi petugas kebersihan sekolah aja belom tentu pantes!"
********** Mira nenatap diri di depan cermin. Sekilas wajahnya memang mirip Agnes monica, tapi kalau dilihat lebih detail, wajahnya justru mirip Luna maya. Ko bisa sich, enggak tahu juga deh. Yang pasti sekilas atau ditegesin, dari jauh atau deket, ditempat gelap atau terang, wajah Mira memeng cantik.
"Ugh.. kenapa cinta sulit banget buat dimengerti, kenapa kita enggak bisa memilih mencintai dan dicintai siapa, kenapa cinta enggak pernah bisa diajak kompromi..." Keluh Mira dengan wajah meringis.
"Hei.. cinta itu anugrah, jangan sampai kamu menolaknya"
Mira menoleh kekiri-kanan, wajahnya celingukan mancari sumber suara tadi.
"Hey,, aku disini didalam hatimu" Mira tertegun.
"Ya, aku ada didalam hatimu, aku adalah cintab yang kau rasakan"
"Kamu.. Cinta?" ujar Mira kebingungan.
"Benar, akulah cinta"
"kalau begitun kamu pergi saja dari hatiku" sahut Mira.
"Kenapa aku harus pergi sedangkan aku baru saja singgah dihatimu"
"pokoknya kamu salah tempat!"
"Hey.. tidak ada yang bisa menyuruhku datang kehatimu juga tidaka ada yang bisa mengusirku pergi dari hatimu. Aku ada dihatimu karena aku memang harus ada. Kamu suka atau tidak, kamu nikmati atau sesali, aku akan nselalu ada."
Mira menghela nafasnya ia menatap cermin degan tatapan kosong, tiba-tiba bibirnya merekah dan matanya berbinar. "Cinta, ubah saja aku agar mrncintai orang lain, pokoknya siapa saja asal jangan Ari!."
"Tidak bisa. Kenapa kamu tidak ingin mencintai Ari?"
"Ria bilang Ari enggak cocok buatku."
"Hey, kamun pernah makan daging kodok tidak?" Mira menggeleng sambil mengrutkan kening.
"Kira-kira kamu bakal doyan tidak sama daging kodok?"
"Mana aku tau, aku bel;um mencobanya." sahut Mira.
"Lalu darimana kamu tau kalau kamu enggak akan cocok sama Ari kalau kamu enggak mencobanya."
Mira terhenyak, dalam hati ia membenarkan ucapan cinta atau siapapun yang ada dihatinya.
"Tapi enggak hanya Ria, teman-teman yahg lain juga bilang kalau aku tuh enggak bakal bahagia kalau jadian dengan Ari."
"Kebahagiaan bukan terletak dimulut teman-temanmu, tapi dihatimu sendiri."
Kali ini Mira enggak bisa ngebantah lagi, kalimat terakhir tadi benar-benar membuat dia merenung,
"Jika cinta datang memanggilmu, peluklah dia walau pedang disela-sela sayapnya akan melukaimu.." ujar cinta.
Mira tersenyum.
**********
"Mir.. Mira...." wjah mama tiba-tiba muncul dari balik pintu. Tapi Mira masih tidur.
"Jam segini masih tidur?" ujar mama dengan konotasi iklan ditivi. "Hey bangun, ada telpon dari Ari tuh, mau diterima enggak?"
"Ugh... ada apa sih Ma...?" jawab Miara dengan mata mulai terbuka.
"Ada telpon dari Ari, mau diterima enggak?"
"Ari!" pekik Mira sambil meloncat. Lalu tanpa menghiraukan mamanya Mira langsung lari keruang tamu.
"Hallo..." Ujar Mira.
"juga, ini Ari, Mir enggak nganggu kan?"
"enggak ko..."
"Syukurlah kalau begitu. Gini MIr, akhir-akhir ini gw sering melihat loe curi-curi pandang ke gw. Dan sorot mata loe, ada yang beda... hhmmm... semacam getaran-getarn cinta gitu, Emang bener ya Mir kalau loe suka sama gw."
Hik! Mira menelan ludahnya sendiri. PD banget nih cowo, batin Mira. Untung aja cuma dibibir telpon. Coba kalau bertatap mata langsung, wuiiiih... Mira enggak bisa bayangin harus bersikap gimana.
"Mir, kok diem sih? kata orang-orang diem itu tanda setuju. Jadi bener ya Mir kalau loe suka sama gw?"
"Iya." Sahut Miran lemas. Sudah kepalang tanggung, pikirnya. Lagipula apa salahnya bersikap cueksama cowo yang enggak tau malu?
"Waaah jangan Mir, please jangan suka sama gw."pekik Ari.
"Kok gitu, kalau loe enggak suka sama gw juga enggak apa-apa kok." sahut Mira,
"Bukan, bukan itu Mir. gw juga suka sih sama loe, Sejak kelas satu dulu, tapi gimana ya? gw enggak enak sama Ria."
"Ria? Kenapa? dia emang pernah bilang kalau kita enggak cocok. Katanya gw kelewat cantik dan loe kelewat jelek. Tapi apa salahnya kalau kita coba dulu."
"Bukan begitu Mir, gw juga enggak peduli loe cantik atau jelek. Yang gw tau gw cinta sama loe. Dan itu udah cukup bagi gw buat jalanin kisah sama loe. Tapi minggu kemarin Ria nembak gw, dan gw tolak. Waktu itu gw bilang gw gak mau terikat dulu. gw mau bebas dulu, gitu. sebenernya sih karena emang gw enggak suka sama Ria. gw sukanya sama loe Mir, terus kalau kita jadian gimana sama si Ria?"
"Oh jadi si Ria nembak loe, terus loe tolak dia gitu?"
"Iya, baru seminggu yang lalu di kantin sekolah."
"ugh.. pantes aja dia bilang kalau loe lebih cocok jadi petugas kebersihan sekola daripada pelajar, pantes aja dia bilang sepatu loe enggak pernah loe ganti dari kelas satu..."
"Dia bilang begitu?!" sahut Ari dengan bola mata membesar.
"Nggak cuma itu, dia juga bilang kalau celana dalem loe gak pernah di ganti."
"Dia bilang begitu juga?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Brengsek!!! Soal sepatu dia salah, tapi soal celana itu dia bener"
"Jadi bener-bener enggak pernah diganti?" seru Mira takjub.
"Kalau bener emang kenapa? apa cuma gara-gara celana dalam lantas loe mendadak enggak cinta sama gw?"
"Bukan... Bukan itu, gw justru baru dapet ide."
"Ide apa?"
"Sebentar lagikan Valentine."
"Terus...?"
"Gw mau ngasih kado valentine celana dalem buat loe. gimana menurut loe?"
"Dahsyat!!!"
___ **********___